Konvergensi Media dalam Perkembangan Media di Indonesia
Dunia komunikasi Indonesia saat ini sedang dalam tahapan memasuki era baru yakni era konvergensi dan media baru. Konvergensi yang menghasilkan berbagai ragam media baru dan digital merupakan perpaduan tiga elemen sarana komunikasi yaitu jaringan komunikasi, komputer/teknologi informasi dan isi informasi dan media digital, atau yang lebih dikenal sebagai 3Cs yakni Comunication Networks, Computing/Information Technology, Digitized Media and Information Content.
Dengan adanya era konvergensi dan aplikasi media baru ini akan membawa perubahan besar terhadap pola dan perilaku komunikasi masyarakat dalam konteks kehidupan individual, sosial budaya, ekonomi dan bisnis serta politik. Untuk itu, memasuki tahapan aplikasi konvergensi dan media baru ini diperlukan panataan kembali kebijakan dan regulasi komunikasi nasional. Dalam dunia media, konvergensi menjadi sesuatu yang tak terelakkan, kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang tak terbendung memunculkan tren baru di dunia industri media massa. Hadir beragam media yang menggabungkan beberapa perusahaan media menjadi satu.
Ada beberapa kategori konvergensi yang telah dilakukan perusahaan media massa atau yang harus dilakukan di masa-masa mendatang dalam rangka tetap menjaga eksistensi media tersebut maupun pengembangan bisnis industri media yang lebih maju dan mengikuti perkembangan zaman. Salah satu cara dalam mempertahankan dan mengembangkan kekuatan dalam bisnis media adalah dengan cara melakukan konsolidasi antar perusahaan yang prakteknya adalah konvergensi.
Tahun 2005 Philip Meyer mengeluarkan pernyataan, media cetak akan mati pada tahun 2042, tapi tidak akan terjadi jika media cetak menghentikan arogansinya dan memberikan perhatian pada kebutuhan masyarakat khususnya anak muda, sanggah Rupert Murdoch yang di amini oleh Noam Chomsky. Perkembangan Teknologi informasi dan komunikasi adalah komplementer dalam upayanya semakin memaksimalkan misi utama media massa, mencerahkan kehidupan masyarakat.
Jurnalisme masa depan adalah jurnalisme multimedia. Cara bermedia harus berubah. Priodisitas yang menjadi milik dan ciri khas media cetak perlu diterobos lewat kedalaman dan kekhasan peliputan. News bukan laporan kejadian, tetapi breaking news in the making, yang sekarang dimakan media elektronik, apalagi media digital, dalam media cetak harus dikonstruksi dengan kedalaman, kelengkapan, mendudukan soal dan pengayaan nuansa.
Dari catatan yang yang diperoleh dari berbagai sumber, konvergensi media massa di Indonesia bisa kita kemukakan. Ada tiga tipe umum merger dalan industri media, yaitu merger horisontal, merger vertikal dan conglomerate merger. Merger horisontal terjadi ketika perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri dan pasar yang sama bersatu. Merger vertikal terjadi ketika dua atau lebih perusahaan yang berbeda tingkat produksinya bersatu dan conglomerate merger terjadi ketika perusahaan yang berbeda jenisnya bersatu.
Selanjutnya keberhasilan perusahaan media akan ditentukan oleh proses yang menyangkut tiga hal yaitu proses integrasi, diversifikasi dan juga internasianalisasi. Di Indonesia, contoh yang paling mudah untuk memahami proses integrasi vertikal adalah bagaimana femina group yang memiliki anak-anak perusahaan yang memproduksi majalah-majalah seperti femina, gadis, ayah bunda, dewi, FIT, Citacinta, Pesona, seventeen dan lain-lain. Hal tersebut juga dilakukan oleh Grup Jawa Pos.
Begitu juga yang terjadi pada media penyiaran Indonesia, bisa kita lihat proses integrasi vertikal juga terjadi. Contohnya mengelompoknya RCTI, TPI, dan Global TV dibawah satu payung MNC (PT. Media Nusantara Citra). Kelompok Grup Bakri dengan bendera PT. Bakrie Brothers membawahi ANTV dan Lativi. Selanjutnya Grup PARA dengan mengusung PT. Trans Corpora membawahi Trans TV dan Trans 7.
Proses selanjutnya adalah diversifikasi, yaitu penyatuan medium-medium komunikasi dalam satu perusahaan dengan maksud proses konsolidasi dari bermacam-macam perusahaan dalam medium yang berbeda untuk memperkecil efek dan resesi sektor-sektor tertentu. Contohnya adalah perusahaan TV memiliki media cetak dan rumah produksi sendiri, semacam RCTI dan koran Seputar Indonesia.Proses selanjutnya adalah Internasionalisasi, yaitu perusahaan media melibatkan kegiatan ekspor dan juga investasi asing dalam sebuah perusahaan. Sebagai contoh adalah media asing yang menjual franchise-nya ke negara lain. Misal majalah Times, Play Boy dan sebagainya.
Diadaptasi dari:
Wikipedia
duniaesai.com
Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa
radix.students-blog.undip.ac.ud-Konvergensi